Rabu, 09 Juli 2014

Mengucapkan "Wahai saudaraku" kepada seorang kafir

Apa hukum ucapan "wahai saudaraku" kepada seorang yang kafir? 
Demikian juga ucapan "Wahai teman, Wahai sobat" dan hukum tertawa kepada orang kafir demi mendapatkan kecintaanya?


Ucapan "wahai saudaraku" hukumnya adalah haram. Tidak boleh dia dipanggil demikian kecuali ada hubungan saudara karena nasab dan susuan. Sebab, kalau tidak ada hubungan nasab dan susuan, yang tersisa hubungan karena agama. Padahal seorang yang kafir bukanlah saudaranya seorang mukmin dalam agamanya.
Ingatlah ucapan Nabi Nuh as ;


   ونادى نوح ربه فقال رب إن ابني من أهلي وإن وعدك الحق وأنت أحكم الحاكمين
قال يا نوح إنه ليس من أهلك إنه عمل غير صالح فلا تسألن ما ليس لك به علم إني أعظك أن تكون من الجاهلين

Nuh berseru kepada Rabbnya sambil berkata "Ya Robbku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya." Allah berfirman "Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu..." (Hud : 45-46)

Adapun memanggilnya "Wahai sobat, Wahai teman", kalau hanya ucapan spontan untuk memanggil seseorang yang tidak diketahui namanya, tidaklah mengapa. Namun, apabila maksudnya mengharapkan kecintaan dan kedekatan orang kafir. Hal ini diterangkan oleh Allah SWT ;


لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من حاد الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم أولئك كتب في قلوبهم الإيمان وأيدهم بروح منه ويدخلهم جنات تجري من تحتها الأنهار خالدين فيها رضي الله عنهم ورضوا عنه أولئك حزب الله ألا إن حزب الله هم المفلحون

"Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka." 
(Al-Mujadalah :22)

Ucapan lembut yang bertujuan mendatangkan kecintaan tidak boleh di ucapkan seorang mukmin kepada seorang kafir.
Demikian pula tertawa kepada mereka untuk menciptakan rasa sayang/suka antara si mukmin dan si kafir, tidak boleh dilakukan. Engkau telah mengetahui ayat diatas.